Minggu, 07 November 2010

Deforestasi Ancam Satwa Endemik PDF Cetak Surel

KOMPAS/HENDRA A SETYAWAN Neneng, bayi betina lutung jawa (Trachypithecus auratus mauritius), bersama induknya, Ijem, di kandang sosialisasi Pusat Rehabilitasi Lutung Jawa, Petungsewu, Kabupaten Malang, Rabu (3/2). Kelahiran bayi lutung jawa dari sebaran Jawa Barat tersebut menambah jumlah populasi di pusat rehabilitasi lutung jawa menjadi 21 ekor. Lutung jawa merupakan salah satu satwa dilindungi yang populasinya hampir punah dan masuk dalam daftar CITES (Convention on International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora) apendik 2.
Hutan di Pulau Jawa terus terancam deforestasi. Hal ini dinilai akan mengancam kehidupan masyarakat dan kelestarian satwa endemik Jawa. Berdasarkan data laju deforestasi (kerusakan hutan) Departemen Kehutanan periode 2003-2006, diketahui laju deforestasi di Pulau Jawa sebesar 2.500 hektar per tahun (0,2 persen) dari total deforestasi di Indonesia. Laju deforestasi di Indonesia sebesar 1,17 juta hektar per tahun.Profauna mengajak masyarakat menyadari bahwa kondisi hutan di Pulau Jawa sangat terancam. ”Tanggung jawab pelestarian bukan hanya pada pemerintah, melainkan juga masyarakat secara luas,” kata juru kampanye hutan Profauna, Radius Nursidi, Senin (22/2/2010) di Malang, Jawa Timur. Terkait hal itu, Profauna menggelar unjuk rasa di Jalan Simpang Balapan, Kota Malang. Sejumlah anggota Profauna berdiri bagai pohon, berjajar menghadap jalan sambil membawa tulisan ”Save Forests in Java”.
”Rata-rata deforestasi hutan terjadi karena perambahan untuk ladang atau dijadikan lokasi pabrik. Hal ini menyebabkan bencana banjir atau tanah longsor, seperti yang terjadi di Pujon dan Cangar (Malang),” katanya. Dampak buruk lain akibat kerusakan hutan adalah terancamnya kelestarian satwa endemik Jawa, misalnya lutung jawa (Trachypithecus auratus), owa jawa (Hylobates moloch), surili (Presbytis comata), macan tutul (Panthera pardus), elang jawa (Spizaetus bartelsi), dan merak (Pavo muticus), akibat hutan yang menjadi habitat mereka rusak.
Direktur Profauna Malang Rosek Nursahid mencontohkan, populasi lutung jawa di Malang Raya saja terus merosot. Sekitar 15 tahun lalu di sekitar Pegunungan Panderman, Batu, ditemukan lebih dari lima kelompok lutung jawa (setiap kelompok terdapat 5 hingga 25 ekor). Kini lutung jawa tidak lagi ditemukan. Di lokasi lain, lereng timur Gunung Arjuno, 15 tahun lalu Rosek menemukan 7 hingga 10 kelompok lutung jawa. Sekarang jumlahnya tidak lebih dari dua kelompok.
Padahal, lutung jawa merupakan indikator tingkat kerusakan hutan. Lutung jawa dikenal sebagai binatang dengan sensitivitas tinggi, yang hanya bisa hidup di hutan dengan kondisi masih bagus, makanan masih banyak, minim aktivitas manusia, dan masih banyak pohon. ”Lutung jawa jenis binatang arboreal (hidup di atas pohon). Kalau vegetasi sudah rusak, lutung tidak akan bisa bertahan,” katanya. Lutung juga banyak ditangkap untuk dimakan sebagai obat peningkat stamina. (DIA)

20 Keindahan Bawah Laut Indonesia


Negeri seribu pulau ini begitu eksotis, pesona alamnya mampu menyihir siapa pun. Bukan hanya didarat, keelokan alam Indonesia juga tersaji indah di bawah laut. Jernih air laut, warna-warni terumbu karang yang berpagutan dengan cantiknya ikan-ikan seolah membentuk lukisan hidup.
Mungkin hanya sedikit negara yang memiliki kekayaan jenis terumbu karang dan ikan hias seperti yang ada di Indonesia. Keanekaragaman hayati laut dengan segala keunikannya telah menempatkan taman-taman laut di Indonesia sebagai surganya para penyelam. Tak heran jika menyelam di Indonesia adalah impian para penyelam di dunia.
Edisi kali ini Travel Club mencoba menampilkan sedikit dari begitu banyaknya surga bawah air di Indonesia. Semoga yang sedikit ini bisa memberikan informasi berharga bagi pembaca sekalian. Silakan tentukan tempat mana yang Anda minati.
1. Taman Wisata Laut (TWA) Laut Pulau Weh
Taman laut yang berada di Kecamatan Sukakarya, Kotamadya Sabang ini dihuni beragam jenis terumbu karang, baik keras (hard coral) maupun karang yang lunak (soft coral), dengan kondisi masih terjaga baik.
Aneka jenis terumbu karang ini menjadi tempat hidup ikan aneka jenis dan warna yang cantik seperti dari jenis Tropet fish, Dunsel fish, Grope fish, Angel fish, Sergeon fish, Parrot fish. Kawasan ini memang diperuntukkan wisatawan menyelam, fasilitas-fasilitas pendukung pun sudah tersedia di sini. Jarak pandang (visibility) mencapai 25 meter.
Lokasi:
Nanggroe Aceh Darussalam
2. Bintan
Salah satu titik menyelam terbaik di Bintan adalah di Pulau Mapur. Terumbu karang di Pulau Mapur terdiri dari terumbu tepi (fringing reefs), terumbu takat (patch reefs) dan dangkalan (shoals) yang tersebar seluas 18 kilometer persegi.
Kelebihan lain lokasi menyelam di sini adalah sinar matahari yang menembus hingga kedalaman, membuat penyelam dapat leluasa menikmati keindahannya. Berdasarkan sebuah penelitian terbaru yang dilakukan pertengahan 2009, terdapat 103 jenis ikan karang (coral fishes)
Lokasi:
Kepulauan Riau
3. Ujung Kulon
Taman Nasional Ujung Kulon memiliki lokasi penyelaman yang layak direkomendasikan. Bagian barat Tanjung Layar Lighthouse, merupakan lokasi menyelam yang berbatu dan terletak dibawah permukaan laut yang tenang.
Terumbu karang memang jarang di sini, tetapi yang menarik adalah ikan barracuda berukuran besar, school of fusiliers, ikan berukuran sedang lainnya dan platoons of bumphead parrotfish.
Lokasi lain adalah Karang Copong, tidak jauh dari Pulau Peucang. Tempat menyelam yang dangkal, terdapat terowongan batu yang mengarah ke gua-gua pulau. Satu lagi yang tak kalah menarik adalah di Karang Jajar. Ditempat ini, banyak terdapat batu-batu besar dari Pulau Penietan. Karang Jajar menawarkan terumbu karang yang berwarna-warni. Hidup pula kura-kura dan ikan pari dalam jumlah yang banyak di area ini.
Lokasi:
Banten
4. Pulau Menjangan
Pulau Menjangan masuk dalam wilayah Taman Nasional Bali Barat, dengan kontur yang membentuk jurang bawah laut, kawasan ini dianggap sebagai lokasi wall diving terbaik di pulau para dewa. Dengan kondisi perairan yang jernih dan tenang menjadi surga para penyuka fotografi bawah air.
Salah satu daya tariknya adalah terumbu karang Gorgonian Seafen raksasa. Blue-toothed triggerfish, gerombolan Longin Bannerfish, Angel fish, Butterfly fish, gerombolan batfish, ada juga koloni Garden-Eel adalah sedikit dari sekian banyak fauna penghuni Menjangan. Pada kedalaman 35 meter terdapat puing-puing kapal kayu yang menjadi tempat bermain ikan-ikan cantik. Jarak pandang (visibility) 15 meter.
Lokasi:
Bali
5. Wakatobi
Ada sekitar 750 jenis terumbu karang tersebar di taman laut seluas 1,39 juta hektar ini, tak heran jika Wakatobi menjadi surga bagi penyuka olahraga menyelam. Kekayaan jenis ikan juga tersimpan disini seperti Argus bintik (Cephalopholus argus), takhasang (Naso unicornis), Pogo-pogo (Balistoides Viridescens), Napoleon (Cheilinus Uundulatus), ikan merah (Lutjanus biguttatus), Lutjanus Monostigma, Caesio Caerularea dan masih banyak jenis lainnya.
Meski atifitas menyelam dapat dilakukan hampir sepanjang waktu, namun bulan April dan Desember menjadi waktu yang sangat direkomendasikan bagi yang ingin menikmati keindahan Wakatobi.
Lokasi:
Sulawesi Tenggara
6. Gili Trawangan, Air, Meno
Popularitas Desa Gili Indah di Kabupaten Lombok Barat sudah begitu mendunia. Keindahan pantainya membuat banyak wisman terpesona. Ada tiga pulau kecil yang terkenal disini, Gili Trawangan, Gili Meno, dan Gili Air.
Ketiga gili ini juga terkenal dengan keindahan taman bawah airnya. Salah satu daya tarik bagi penyelam adalah terdapatnya blue coral. Konon, hanya ada dua lokasi yang memiliki karang ini, di Desa Gili dan Karibia.
Terdapat banyak lokasi penyelaman di sekitartiga pulau ini. Ikan yang bisa dijumpai di sini antara lain Tiger Fish, Blue Moon, ikan Kepe-kepe, Lion fish dan ikan Sotong. Jarak pandang (visibility) 5-30 meter.
Lokasi:
Lombok Barat, NTB
7. Kepulauan Seribu
Meskipun kondisi terumbu karang di kawasan Kepulauan Seribu sudah banyak yang terganggu oleh aktivitas manusia, tapi masih banyak tempat penyelaman yang cukup menarik untuk disinggahi. Jenis karang yang ditemukan seperti karang batu, karang kipas, karang daun, dan karang jamur. Karang lunak (soft coral) pun banyak terdapat di sini. Berdasarkan penelitian, dikawasan ini pun terdapat sekitar 267 jenis karang bercabang.
Pulau-pulau yang menjadi tujuan para penyelam adalah Pulau Kotok, Papa Theo, Peniki, Matahari, Gosonglaga, Sepa, Semak Daun. Terdapat sekitar 144 jenis ikan hias yang hidup di sini, antara lain Anemone Fish, Sweetlips Fish, Office Fish, Sonang Rambut, Keletuk Peliding, Gepe Monyong, ada pula moray eel, dan lainnya.
Lokasi:
Jakarta Utara & Banten
8. Karimunjawa
Kepulauan Karimunjawa ditetapkan sebagai Taman Nasional Laut (TNL) sejak 1988. Terdapat 242 jenis ikan hias mendiami kawasan ini. Terumbu karang yang mengisi taman laut Karimunjawa terdiri dari tipe terumbu karang pantai (fringing reefs), terumbu karang penghalang (barrier reefs), dan beberapa taka (patch reef).
Daya tarik taman laut ini adalah terdapatnya karang merah (tubipora musica) dan karang hitam (antiphates ssp). Jenis karang ini sangat langka dan diduga hampir punah. Terdapat bangkai kapal yang menjadi habitat ikan karang dan menjadi lokasi yang cocok untuk wreck diving.
Lokasi:
Jawa Tengah
9. Nusa Penida
Nusa Penida memiliki kekayaan ikan hias berwarna-warni. Bahkan belum lama ini, para ahli dari Conservation International Indonesia kembali menemukan lima spesies baru di kawasan ini. Kelima spesies itu antara lain Chromic sp, Priolepis 33 sp, Priolepis 11. Sebelumnya terdapat sebanyak 550 spesies ikan karang di sini.
Ada beberapa dive sites di sini. Pelabuhan Penida, Puncak Manta, Batu Meting, Batu Lumbung, Batu Abah, kemudian Toyapakeh, di sini terdapat tiang-tiang koral yang menawan. Kemudian di lokasi Puncak Malibu terdapat terumbu karang abu-abu, reef white tips, dua lokasi ini juga dianggap memiliki pemandangan yang paling indah. Jarak pandang 15 meter.
Lokasi:
Bali
10. Kepulauan Derawan
Sebutan akuarium bawah laut tersemat pada kepulauan ini. Derawan juga dikenal sebagai kerajaan Penyu Hijau. Setiap tahunnya, lebih dari 5.000 penyu betina bersarang di sini. Biodiversitas Kepulauan Derawan menempati urutan kedua setelah Kepulauan Raja Ampat.
Derawan pun memiliki beberapa spesies hewan khas dan dilindungi, seperti, paus, lumba-lumba (Delphinus), penyu hijau (Chelonia Mydas), penyu sisik (Erethmochelys Fimbriata), dan dugong (Dugong Dugon). Ada pula ikan duyung. Di sini pun menjadi tempat hidup manta ray salah satu spesies ikan pari raksasa. Jarak pandang (visibility) mencapai 5-30 meter.
Lokasi:
Kalimantan Timur
11. Sangalaki
Kekhasan taman wisata alam laut ini yaitu adanya terumbu karang yang mengelilingi Pulau Sangalaki. Potensi keanekaragaman sumber daya lautnya sangat luar biasa. Terumbu karang berada dikedalaman 3 meter sampai 10 meter. Jenis karang meja, keras, cabang daun, dan substrat menghiasi kawasan ini.
Ikan yang mendiami antara lain Threadfin Butterflyfish, C. Lunula, C. Rafflesi, tongkol, teri, tenggiri, manyung, napoleon, bendera, dakocan, kakatua biru. Jarak pandang (visibility) 5-25 meter
Lokasi:
Kabupaten Berau, Kalimantan Timur
12. Bunaken
Keindahan alam bawah airnya telah membawa nama Bunaken terkenal hingga ke mancanegara. Meski termasuk landai, tapi Taman Laut Bunaken kaya dengan keanekaragaman hayatinya. Terdapat sekitar 58 jenis terumbu karang. Bunaken memiliki 29 titik penyelaman (dive spot).
Taman Laut Bunaken juga kaya akan spesies ikan, antara lain Oci Putih (Seriola Rivoliana), Goropa (Ephinephelus Spilotoceps dan Pseudanthias Hypselosoma), Ila Gasi (Scolopsis Bilineatus), Snapper, Groupers, Baracuda, Napoleon, Angel fish, Blow fish, Blue Ribbon Eels. Bulan Mei dan Juni merupakan saat yang tepat untuk menyelam. Pada bulan ini air laut disini tenang, jarak pandang (visibility) pun cukup jauh, 20-35 meter.
Lokasi:
Sulawesi Utara
13. Kepulauan Selayar
Taman laut seluas 340 hektar ini memiliki karang atol besar. Karang atol yang mencapai luas 220.000 hektar dengan terumbu karang tersebar datar seluas 500 kilometer persegi ini menjadi yang terbesar ketiga setelah karang atol Kwajifein di Kepulauan Marshal dan Suvadiva di Kepulauan Maldives.
Ada sekitar 261 jenis terumbu karang menjadi tempat hidup dari 295 jenis ikan karang. Penyu dari jenis penyu sisik, penyu hijau, dan penyu lekang juga mendiami taman laut ini.
April hingga Juni dan Oktober sampai Desember, adalah waktu yang sangat baik untuk menikmati keindahan alam bawah air Takabonerate. Jarak pandang (visibility) 15-45 meter.
Lokasi:
Sulawesi Selatan
14. Banggai Kepulauan
Terumbu karang yang tersebar di tempat ini masih sangat baik. Terumbu karang yang mengisi kawasan ini terdiri dari tipe barrier reef, atol reef, pringing reef, dan patch reef.
Di sini pun hidup spesies ikan yang masuk kategori langka seperti ikan Napoleon Wrasse dan Cardinal fish Banggai. Berbeda dengan Cardinal fish lainnya. Cardinal fish Banggai memiliki keunikan tersendiri. Ia bertelur, menetas, dan memelihara anaknya melalui mulut. Jarak pandang (visibility) 15-40 meter.
Lokasi:
Sulawesi Selatan
15. Togean
Banyak penyelam dunia menyebut taman bawah air Togean dengan julukkan hidden paradise in Tomini Bay. Ada sekitar 262 jenis terumbu karang dan jenis 555 moluska di sini. Beberapa lokasi penyelaman di antaranya, Taipee Wall dan Coral Garden.
Berbagai macam hard dan soft coral tersaji sempurna di sini. Ikan-ikan hias cantik akan menjadi teman menyelam di lokasi ini, antara lain blue devils, cardinal, pipefish, emperor angel fish, grouper, butterfly, fire darft fish, hawk fish, lion fish.
Lokasi lain adalah di Mini Canyon, Dominique, di lokasi ini hidup beberapa jenis ikan dan hewan lain, seperti Crocodile Fish, Pufer, Sweet Lips, Lobster, Moray Eels, Hum Head. Lokasi ini juga kaya akan soft coralnya. Jarak pandang (visibility) 20-40 meter.
Lokasi:
Sulawesi Tengah
16. Selat Lembeh
Satu lagi lokasi menyelam di Sulawesi utara adalah Selat Lembeh yang berada di Kotamadya Bitung, Propinsi Sulawesi Utara. Lembeh terkenal dengan keanekaragaman invertebrata terutama dari kelompok Echinodermata.
Terumbu karang beraneka warna hidup mesra dengan beragam penghuni laut lainnya, seperti gurita, Banggai Cardinalfish, cumi-cumi, Mandarin fish, lion fish. Sarana-sarana pendukung pun sudah tersedia di sini. Jarak pandang (visibility) 10-25 meter.
Lokasi:
Sulawesi Utara
17. Taman Nasional Komodo
Taman Nasional yang tengah bersaing dalam pemilihan Tujuh Keajaiban Dunia ini terkenal juga memiliki keanekaragaman hayati alam bawah airnya. tak heran jika Taman Nasional Komodo juga menjadi tujuan banyak para penyelam lokal maupun mancanegara. Sedikitnya terdapat 53 titik lokasi rekreasi menyelam.
Jenis ikan hias dengan berbagai bentuk dan warna menghuni Taman Laut Komodo, seperti Regal Angelfish, Checkerboard Wrasse And Masked Unicornfish, Acripora Corals, Gorgonian Fans and Sponges.
Berdasarkan penelitian The Nature Conservancy tercatat sedikitnya 200 jenis karang keras, dengan 1.000 jenis ikan yang tinggal disini. Jarak pandang (visibility) 5-30 meter.
Lokasi:
Nusa Tenggara
18. Halmahera
Surga lokasi menyelam banyak terdapat di Halmahera Utara. Terdapat sebanyak 49 titik selam yang tersebar di beberapa wilayah seperti di perairan Pulau Doi-Loloda Utara, Pulau Morotai, gugusan pulau-pulau kecil di depan Tobelo sampai ke Galela.
Terumbu karang dengan berbagai jenis dan warna dapat dijumpai di setiap dive site. Jenis-jenis seperti soft coral, hard coral, gorgonion, sea fun berpadu warna dengan aneka jenis ikan hias seperti anemone fish, surgeon fish, unicorn fish, dan angel fish membentuk sebuah lukisan hidup yang menawan. (Visibility) 15-30 meter
Lokasi:
Maluku Utara
19. Kepualauan Raja Ampat
Kepulauan Raja Ampat nirwana bawah air impian para penyelam, kawasan ini digadang-gadang sebagai yang terbaik di dunia. Alamnya masih terjaga dengan baik. Posisinya di kawasan segitiga terumbu karang, tepat pada pusat keragaman terumbu karang dunia, Kepulauan Raja Ampat menjadi kawasan yang paling kaya keragaman hayatinya. Jenis karang yang hidup disini mencapai 75 persen pesies karang dunia.
Dengan kondisi kekayaan karang yang dimiliki, Raja Ampat juga menjadi kawasan taman laut yang sangat kaya dengan jenis ikannya. Diperkirakan jumlah keseluruhan jenis ikan di daerah ini mencapai jumlah 1.074. Pentapodus numberii, adalah salah satu spesies ikan baru yang ditemukan dikawasan ini pada April 2006. jarak pandang (visibility) 10-30 meter
Lokasi:
Papua Barat
20. Pemuteran
Satu lagi lokasi menyelam di Bali Utara tepatnya di Desa, Kecamatan Gerokgak. Sebelumnya kondisi terumbu karang di pemuteran rusak parah akibat banyaknya aktifitas menangkap ikan dengan menggunakan bahan peledak.
Namun sejak tahun 2000 masyarakat setempat dengan para pemilik resor dan dive center kembali menkonservasi terumbu karang dengan menggunakan teknologi biorock. Upaya ini berjalan dengan baik, kini warna-warni terumbu karang sudah dapat kembali dinikmati. Ikan-ikan yang cantik pun sudah kembali berlarian diantara karang-karang yang tak kalah lucu.
Lokasi:
Bali

Taman Nasional Kerinci Seblat


gunung-kerinciTaman Nasional Kerinci Seblat merupakan perwakilan tipe ekosistem hutan hujan dataran rendah sampai ekosistem sub-alpin serta beberapa ekosistem yang khas antara lain rawa gambut, rawa air tawar dan danau.
Hutan Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 4.000 jenis tumbuhan yang didominasi oleh famili Dipterocarpaceae. Tumbuhan yang langka dan endemik seperti pinus kerinci (Pinus merkusii strain Kerinci), kayu pacat (Harpulia alborea), bunga raflesia (Rafflesia arnoldi dan R. hasseltii), dan bunga bangkai (Amorphophallus titanum dan A. decus-silvae).
Taman Nasional Kerinci Seblat memiliki 37 jenis mamalia, 10 jenis reptilia, 6 jenis amfibia, 8 jenis primata dan 139 jenis burung.
Potensi lainnya yang menarik perhatian pengunjung di taman nasional ini, seperti pengamatan suara burung rangkong (Buceros rhinoceros sumatranus) dan julang (Aceros undulatus undulatus) serta suara tawa histeri yang menakjubkan dari burung gading (Rhinoplax vigil); adanya kucing emas (Catopuma temminckii temminckii) yang sangat misterius; serta adanya misteri yang belum terpecahkan tentang sejenis satwa primata yang berjalan tegak dan cepat sekali menghilang diantara pohon, dimana masyarakat setempat menamakannya “orang pendek”.
Danau Gunung Tujuh
Taman Nasional Kerinci Seblat telah dijadikan program pembangunan dan konservasi terpadu (Integrated Conservation Development Program – ICDP).
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Gunung Kerinci
Mendaki gunung dan berkemah.
Gunung Kerinci (3.805 m. dpl) merupakan gunung berapi tertinggi di Indonesia dan masih aktif.
Danau Gunung Tujuh. Melihat panorama danau, dan pengamatan satwa. Danau Gunung Tujuh merupakan danau vulkanik yang tertinggi di Sumatera (2.000 m. dpl) seluas 1.000 ha yang dikelilingi oleh tujuh buah gunung.
Goa Napal Licin dan Kasah. Melihat kompleks goa yang kaya akan stalaktit dan stalaknit
Grao Solar, Nguak dan Kunyit. Melihat semburan air panas (airnya sangat jernih) setinggi 15 meter dan pengamatan satwa.
Letter W. Melihat bunga raflesia dan bunga bangkai, serta kelinci Sumatera.
Rawa Ladeh Panjang. Penelitian dan pengamatan satwa.
Wisata budaya. Melihat budaya Suku Kubu yang masih tradisional.
Atraksi budaya di luar taman nasional :P arade Budaya pada bulan November di Sungai Penuh, Budaya Melayu pada bulan Januari di Jambi, dan Festival Tabot pada bulan Juni di Bengkulu.
Musim kunjungan terbaik: bulan Januari s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :
Dari Padang-Tapan-Sungai Penuh berjarak 278 km (7-8 jam) dengan mobil, Padang-Muaralabuh-Kersik Tuo, 211 km (5-6 jam) dengan mobil, Jambi-Sarko-Sungai Penuh, 500 km (9-10 jam) dengan mobil dan Bengkulu-Tapan-Sungai Penuh, 417 km (8-9 jam) dengan mobil.
Kantor : Jl. Basuki Rahmat No. 11
Sungai Penuh 32112, Jambi 37101
Telp. (0748) 22250; Fax. (0748) 22300
E-mail : btnks@pdg.vision. net.id
Dinyatakan Menteri Pertanian, Tahun 1982
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 192/Kpts- II/1996 dengan luas 1.386.000 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan dan Perkebunan
SK No. 901/Kpts-V/1999 dengan luas 1.375.349,867 hektar
Letak Provinsi : Sumatera Barat, Jambi, Bengkulu dan Sumatera Selatan
Temperatur udara 7° – 28°C
Curah hujan Rata-rata 3.000 mm/tahun
Ketinggian tempat 500 – 3.805 meter dpl
Letak geografis 1°17’ – 3°36’ LS, 100°31’ – 102°44’ BT

Taman Nasional Bukit Tiga Puluh


peta-bukit-tiga-puluhTaman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan kawasan perbukitan di tengah-tengah hamparan dataran rendah bagian Timur Sumatera, dan mempunyai potensi keanekaragaman jenis tumbuhan/satwa endemik yang bernilai cukup tinggi.
Tipe ekosistem penyusun hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh adalah hutan dataran rendah, hutan pamah dan hutan dataran tinggi dengan jenis floranya seperti jelutung (Dyera costulata), getah merah (Palaquium spp.), pulai (Alstonia scholaris), kempas (Koompassia excelsa), rumbai (Shorea spp.), cendawan muka rimau/raflesia (Rafflesia hasseltii), jernang atau palem darah naga (Daemonorops draco), dan berbagai jenis rotan.
Taman Nasional Bukit Tigapuluh memiliki 59 jenis mamalia, 6 jenis primata, 151 jenis burung, 18 jenis kelelawar, dan berbagai jenis kupu-kupu.
Disamping merupakan habitat harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), tapir (Tapirus indicus), ungko (Hylobates agilis), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus), sempidan biru (Lophura ignita), kuau (Argusianus argus argus) dan lain-lain; juga sebagai perlindungan hidro-orologis Daerah Aliran Sungai Kuantan Indragiri.
Semula kawasan Taman Nasional Bukit Tigapuluh merupakan hutan lindung dan hutan produksi terbatas. Meskipun demikian, kondisi hutan taman nasional tersebut relatif masih alami.
Masyarakat di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga Puluh terdiri dari beberapa suku dengan adat istiadat dan budaya yang relatif masih sangat tradisional yaitu Suku Anak Dalam, Suku Talang Mamak dan lain-lain. Masyarakat tersebut terutama Suku Talang Mamak, percaya bahwa bukit dan tumbuhan yang ada di taman nasional ini mempunyai kekuatan magis dalam kehidupan mereka. Secara tidak langsung mereka ikut berpartisipasi aktif dalam menjaga dan melindungi bukit/tumbuhan di taman nasional.
Hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Hutan Taman Nasional Bukit Tigapuluh
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Air Hitam Dalam. Menyelusuri sungai dan melihat menyaksikan kehidupan tumbuhan/satwa. Air Hitam Dalam merupakan habitat harimau Sumatera.
Tembelung Berasap. Melihat panorama air terjun, mandi dan pengamatan tumbuhan.
Batu Belipat dan Batu Gatal. Wisata budaya. Arung jeram. Kegiatan arung jeram dapat dilakukan di Sungai Gangsal, Sungai Menggatai, dan Sungai Sipang.
Kemantan. Wisata budaya, untuk melihat upacara keagamaan Suku Talang Mamak.
Atraksi budaya di luar taman nasional: Atraksi budaya di luar taman nasional yaitu Siak Bermandah pada bulan Juni dan Pacu Jalur pada bulan Agustus di Riau.
Musim kunjungan terbaik: bulan Maret s/d Juli setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :
Pakanbaru – Siberida, 285 km (± 4 jam) menggunakan mobil dan selanjutnya ke lokasi melalui jalan bekas HPH.
Kantor : Jl. Raya Rengat No. 70, Pematang Reba
Rengat Indragiri Hulu, Riau
Telp. (0769) 341279; Fax. (0769) 341148
E-mail: btnbt2003@yahoo.com
Dinyatakan —–
Ditunjuk Menteri Kehutanan, SK No. 539/Kpts-II/1995
dengan luas 127.698 hektar
Ditetapkan Menteri Kehutanan, SK No. 6407/Kpts-II/2002
dengan luas 144.223 hektar
Letak Kab. Indragiri Hulu dan Kab. Indragiri Hilir Provinsi Riau serta Kab. Bungo Tebo dan Kab. Tanjung
Jabung, Provinsi Jambi
Temperatur udara 28° – 37°C
Ketinggian tempat 60 – 734 meter dpl
Letak geografis 0°40’ – 1°30 LS, 102°13’ – 102°45’ BT

Taman Nasional Bukit Duabelas



peta-taman-nasional-12Taman Nasional Bukit Duabelas merupakan salah satu kawasan hutan hujan tropis dataran rendah di Provinsi Jambi. Semula kawasan ini merupakan kawasan hutan produksi tetap, hutan produksi terbatas dan areal penggunaan lain yang digabung menjadi taman nasional. Hutan alam yang masih ada terletak di bagian Utara taman nasional ini, sedangkan yang lainnya merupakan hutan sekunder.
Jenis tumbuhan yang ada antara lain bulian (Eusideroxylon zwageri), meranti (Shorea sp.), menggeris/kempas (Koompassia excelsa), jelutung (Dyera costulata), jernang (Daemonorops draco), damar (Agathis sp.), dan rotan (Calamus sp.). Terdapat kurang lebih 120 jenis tumbuhan termasuk cendawan yang dapat dikembangkan sebagai tumbuhan obat.
Taman nasional ini merupakan habitat dari satwa langka dan dilindungi seperti siamang (Hylobates syndactylus syndactylus), beruk (Macaca nemestrina), macan dahan (Neofelis nebulosa diardi), kancil (Tragulus javanicus kanchil), beruang madu (Helarctos malayanus malayanus),
kijang (Muntiacus muntjak montanus), meong congkok (Prionailurus bengalensis sumatrana), lutra Sumatera (Lutra sumatrana), ajag (Cuon alpinus sumatrensis), kelinci Sumatera (Nesolagus netscheri), elang ular bido (Spilornis cheela malayensis), dan lain-lain.Jumlah sungai dan anak sungai sangat banyak yang berasal dari dalam kawasan ini (terlihat di peta seperti serabut akar), sehingga kawasan ini merupakan daerah tangkapan air terpenting bagi Daerah Aliran Sungai Batanghari.
Keadaan topografi taman nasional ini datar sampai bergelombang sedang, dengan bukit/gunung seperti Bukit Suban, Sungai Punai (± 164 m. dpl), Gunung Panggang (± 328 m. dpl), dan Bukit Kuran (± 438 m. dpl).
Rumah suku Anak Dalam di sekitar Taman Nasional
Rumah suku Anak Dalam di sekitar Taman Nasional
Masyarakat asli suku Anak Dalam (Orang Rimba) telah mendiami hutan Taman Nasional Bukit Duabelas selama puluhan tahun. Suku Anak Dalam menyebut hutan yang ada di Taman Nasional Bukit Duabelas sebagai daerah pengembaraan; dimana mereka berinteraksi dengan alam, saling memberi, saling memelihara dan saling menghidupi. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, suku Anak Dalam melakukan kegiatan berburu babi, mencari ikan, mencari madu, dan menyadap karet untuk dijual.
Beberapa lokasi/obyek yang menarik untuk dikunjungi:
Taman Nasional Bukit Duabelas baru ditunjuk sebagai taman nasional, sehingga relatif belum ada fasilitas untuk pengunjung.
Musim kunjungan terbaik: bulan Juni s/d Oktober setiap tahunnya.
Cara pencapaian lokasi :Cara pencapaian lokasi: Dari Jambi ke Pauh (menggunakan bis) melewati Muara Bulian sekitar 3 jam, dari Pauh dilanjutkan charter kendaraan ke Lubuk Jering dan Pematang Kabau sekitar 2 jam.
Kantor : Jl. Arif Rachman Hakim No.10
Telp. (0741) 667983, Jambi 36124
Dinyatakan —-
Ditunjuk Menteri Kehutanan dan Perkebunan
SK No.258/Kpts-II/2000 dengan luas 60.500 hektar
Ditetapkan —-
Letak Kab. Sarolangun Bangko, Kab. Bungo
Tebo dan Kab. Batanghari Provinsi Jambi
Temperatur udara 20° – 30°C
Curah hujan —-
Ketinggian tempat 50 – 400 m. dpl
Letak geografis 1°44’ – 1°58’ LS, 102°29’ – 102°49’ BT

Bertamasya ke Taman Nasional Berbak, Yuk!



JAMBI–Tahukah Anda, dimana persinggahan migrasi burung-burung asal Australia yang “menepi” saat musim dingin tiba? Ternyata, kawanan ribuan burung itu mencari persinggahan sementara yang hangat di Jambi. Tepatnya, di Taman Nasional Berbak.
“Lokasinya memang sangat tepat bagi ekosistem burung migran. Setiap tahun Taman Nasional Berbak (TNB) selalu dikunjungi ribuan burung migran dari kawasan Asia dan Australia,” ujar Sekretaris Daerah Kabupaten Tanjung Jabung Timur, Provinsi Jambi, Eddy Kadir, di Muarasabak, ibu kota Kabupaten Tanjung Jabung Timur (Tanjabtim), Kamis.
Meski begitu, Eddy mengaku meski TNB memiliki ekosistem flora dan fauna yang kaya, hingga kini masih banyak masyarakat yang belum tahu. Menurut Eddy, Taman TNB merupakan kawasan pelestarian alam untuk konservasi hutan rawa terluas di Asia Tenggara. Kawasan tersebut dinyatakan masih bersih dan perawan belum terjamah oleh eksploitasi manusia.
Keunikannya, yakni berupa gabungan yang menarik antara hutan rawa gambut dan hutan rawa air tawar yang terbentang luas di pesisir timur Sumatera.
TNB mempunyai luas sekitar 162.700 hektar terdapat didalamnya berbagai jenis tumbuhan diantaranya meranti (Shorea sp), dan berbagai jenis tumbuhan palem. TNB merupakan satu-satunya kawasan yang memiliki paling banyak jenis palem tanaman hias di Indonesia.
Jenis palem tanaman hias yang tergolong langka antara lain jenis daun payung (Johanesteijmannia altifrons) serta jenis yang baru ditemukan yaitu Lepidonia kingii (Lorantaceae) dengan ciri khasnya berbunga besar dengan warna merah/ungu.
Untuk menuju ke lokasi TNB terlebih dahulu harus menelusuri sungai Air Hitam Dalam. Dinamakan Air Hitam Dalam karena warna airnya hitam seperti kopi. Pada waktu air laut surut, kotoran satwa dan daun hutan terbawa air sungai tersebut menuju Sungai Batanghari sehingga airnya berubah menjadi hitam pekat.
Dari Kota Jambi diperlukan waktu selama kurang lebih 15 jam dengan menggunakan speed boat. Rute perjalanan menuju TNB juga akan menjadi pengalaman menarik. Sebab, tidak hanya melewati jalur sungai, perjalanan juga melalui jalur laut yakni laut China Selatan.

Gunung Kerinci


gunung-kerinci1Gunung Kerinci adalah puncak tertinggi di Sumatera dan merupakan gunung aktif tertinggi di Indonesia dengan tinggi 3.805 m dari permukaan laut. Gunung ini merupakan bagian dari Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS). Cekungan kawahnya dari sisi ke sisi berukuran 600 x 100 meter persegi dengan daerah lava aktif yang berwarna hijau kekuning kuningan 120 x 100 meter persegi.
Puncak gunung ini sangat sering tertutup kabut sehingga agak sulit dilihat dari kejauhan. Suhu udara di daerah puncak berkisar antara 5-10 derajat celcius, bahkan dapat mencapai di bawah 0 derajat celcius pada musim kemarau.
Untuk mencapai puncak Gunung Kerinci dari Desa Kersik Tuo dengan waktu tempuh 10-12 jam yang telah ada jalur pendakian berupa jalan setapak, dilengkapi papan keterangan dan interpretasi di beberapa lokasi. Desa Kersik Tuo berada sekitar 49 kilometer sebelah utara ibukota Kabupaten Kerinci, Sungai Penuh. Waktu tempuh dari Sungai Penuh dengan kendaraan umum sekitar satu jam.
Kabupaten Kerinci memang sangat kaya dengan obyek wisata alam. Selain Gunung Kerinci di kabupaten paling barat Provinsi Jambi itu terdapat sekurangnya empat danau, yaitu Kerinci, Gunung Tujuh, Belibis dan Lingkat. Danau Gunung Tujuh adalah danau vulkanik yang terbentuk akibat kegiatan gunung berapi di masa lampau, berada pada ketinggian 1.996 meter dpl dan merupakan danau tetinggi di Asia Tenggara (Danau Gunung Argopuro bgm?). Panjang danau 4.500 meter, lebar 3000 meter dikelilingi tujuh gunung dengan puncak tertinggi 2.732 meter dpl.

Pulau Berhala


PULAU Berhala memiliki panaroma pantai pasir putih dan batuan vulkanik yang sangat indah dengan lokasi yang sangat dekat dengan daerah penyangga Taman Nasional Berbak. Pulau yang luasnya kurang lebih 10 km persegi ini pada bagian barat mempunyai pantai yang landai dan pada bagian Timur mempunyai tebing-tebing batu karang yang cukup curam. Dalam keadaan laut surut pulau berhala dapat dikelilingi dengan berjalan kaki dalam waktu 6 jam.
Pulau ini dihuni oleh 9 Kepala Keluarga yang berasal dari Suku Melayu Riau dengan mata pencarian sebagai nelayan. Seluruh bukit yang mempunyai ketinggian sekitar 2.000 meter. terdapat pada bagian tengah pulau dan disini ditemui dua buah peninggalan sejarah dan budaya, diantaranya Makam Datuk Paduko Berhalo.
Dengan jalan kaki menyusuri bukit melalui jalan setapak + 150 meter akan kita jumpai makam seorang pengembang islam di jambi, bernama Ahmad Salim Yang digelari Datuk Paduko Berhalo. Beliau menukah dengan Putri Raja Jambi, Putri Selaras Pinang Masak yang kemudian hari keduanya memerintah kerajaan Jambi.
Terdapat pula Benteng Peninggalan Jepang pada salah satu bukit di Pulau Berhala ini.
Seluruh aktifitas wisata pantai dapat dilakukan di Pulau ini

Rumah Tua Rantau Panjang


LOKASI :
• Desa Baruh kecamatan Rantau Panjang – Merangin – Jambi
POTENSI :
• Sebuah Perkampungan Tua dengan Rumah Tradisional berusia ± 500 tahun
• Rumah yang masih orisinil Traditif sebanyak 80 buah
KETERANGAN :
• 27 Km dari kota Bangko
• Aksesibilitas menuju lokasi cukup baik
• Transportasi Tersedia
• Masyarakat mendukung
• Potensi sebagai Wisata Budaya

Wisata Alam di Pulau Tengah, Menunggu ‘tuk Dinikmati



SAWAH – Persawahan masih menghampar luas di sebagian besar wilayah desa Pulau Tengah, diselingi dengan lumbung di sana-sini. Rugi rasanya bila tak sempat menikmatinya.
JAMBI—Ibarat gadis perawan malu-malu, Kabupaten Merangin, Jambi, ternyata menyimpan banyak potensi wisata alam. Paling tidak, itu yang sempat tertangkap oleh tim perjalanan ekspedisi arung jeram Mapala UI – Sinar Harapan, di Kabupaten Merangin, 6 – 20 Agustus lalu.
Desa Pulau Tengah merupakan desa terbesar dan terluas di Kecamatan Jangkat. Mata pencaharian penduduk umumnya bertani, dengan tambahan usaha berkebun. Tetapi bukan hanya itu yang membuat desa ini istimewa. Sebab ternyata desa ini juga menyimpan banyak jenis wisata yang menarik, di antaranya panorama desa, serta tiga danau dan air terjun Mentalun.
Mengenai panorama desa, bisa dikatakan desa ini merupakan salah satu desa terindah di pertiwi ini. Persawahan yang menghampar dengan lumbung-lumbung padi. Hutan yang masih ijo royo-royo (hijau), lengkap dengan sungai yang mengalir jernih di dalamnya.
Menikmati pemandangan alam desa, seperti tak ada habis-habisnya mentahbiskan keindahannya. Semua seperti gambaran kita pada kerinduan alam pedesaan.
Bila ingin menambah kekaguman lagi mengenai keindahan wisata di sini, bisa juga kita menyempatkan diri menyinggahi ketiga danau di sekitar desa. Ketiganya biasa dikenal dengan nama Danau Dipati Empat (Gedang), Danau Pauh dan Danau Kecil (Kecik).
Dipati Empat merupakan danau terbesar diantara ketiga danau tersebut. Terletak di bagian barat desa, berjarak sekitar empat jam perjalanan. Namun disarankan bagi Anda yang ingin pergi ke danau ini, agar mempersiapkan perjalanan sebaiknya karena masih sulitnya jalur yang harus ditempuh.
Dua danau lainnya, biasa disebut penduduk sekitar dengan nama Danau Pauh dan Danau Kecik. Danau Pauh dan Danau Kecik terletak berdekatan di bagian utara desa. Berada di kilometer 4 dan dapat ditempuh dengan mobil atau ojek selama 30 menit perjalanan dari desa.
Dari penuturan masyarakat sekitar, disebut Danau Pauh karena dahulu banyak pohon Pauh di sekitar pinggiran danau. Pohon Pauh ini menurut mereka, berbuah mirip mangga, dengan getah di sana-sini.
Danau Kecik juga ternyata tak kalah berseleranya untuk didatangi. Danau terkecil di antara ketiga danau tadi, juga menyimpan aset berharga sebagai daerah tujuan wisata. Letaknya dikelilingi hamparan sawah yang tertata rapih dengan sistem terasiring, malah membuat danau ini laksana colloseum di Roma.
Tak terbayangkan indahnya, bila padi yang terdapat di sekeliling danau kecil tersebut mulai menguning. Pasti pemandangan yang tercipta sulit tertandingi oleh bagian manapun di dunia ini.
Mentalun
Aset wisata lain yang tampaknya belum juga tergali adalah air terjun Mentalun yang bertingkat dua. Bagian air terjun yang bawah setinggi 40 meter. Dengan air yang jatuh jernih di atas kolam selebar enam meter. Menurut informasi penduduk yang sempat menemani kami melihat tempat itu, masih terdapat banyak ikan di bawah air terjun tersebut.
Namun hingga kini beberapa masalah masih melingkupi potensi wisata ini. Seperti sulitnya jalan masuk menuju Danau Dipati Empat dan air terjun Mentalun. Karena kita harus berjalan kaki paling tidak sejauh empat jam menuju ke sana.
Kesulitan ini kemudian ditambah dengan belum maksimalnya pembangunan sarana transportasi menuju lokasi. Ini terlihat dari jalan yang digunakan untuk menuju Danau Pauh dan Danua Kecik. Dimana terlihat banyak jalan yang berlubang dan tak teraspal, sehingga bisa menyebabkan mobil–mobil jenis tertentu seperti sedan kandas sebelum mencapai lokasi.
Ketiga aset tersebut sebenarnya merupakan potensi wisata yang sangat berpeluang untuk meningkatkan pendapatan daerah.
Tinggal bagaimana pemerintah daerah memanfaatkannya semaksimal mungkin. Aset ini kini ibarat gadis yang malu-malu, namun sebenarnya menunggu untuk disunting.

Terkecoh di Danau Dipati Empat


Danau Dipati Empat berada di bagian barat daya Desa Pulau Tengah. Berjarak paling tidak delapan kilometer. Menurut penuturan beberapa penduduk setempat, danau tersebut dinamakan seperti itu lantaran dipelihara oleh empat dipati. Yaitu Dipati Gento rajo dan Dipati Pamuntjak Alam Tiang Agamo, yang menguasai bagian timur dan selatan. Serta Dipati Payung dan Dipati Naudo Manggalo, yang menguasai bagian utara dan barat.
Perjalanan menuju danau dapat ditempuh selama paling tidak empat jam dengan berjalan kaki. Namun jangan terkecoh, karena hitungan itu ternyata diperuntukkan bagi orang yang sudah terbiasa mendaki gunung. Pengalaman itu juga yang dialami tim ekspedisi ini, saat mencoba melihatnya dari dekat.
Perjalanan menuju danau ini terasa sedemikian rumitnya. Mungkin lantaran tak ada satu pun petunjuk arah menuju ke lokasi. Berbekal peta dan kompas dan tanya sana-sini, akhirnya tim berhasil juga menemui pertigaan menuju bukit pertama yang harus kami lalui. Itupun setelah enam kali melintasi sungai, yang cukup merepotkan karena harus terus melepas sepatu, dan lolos dari tipisnya jalan pinggir sawah.
Setelah dua jam melakukan perjalanan, kondisi jalan hutan yang setipe dengan hutan dataran tinggi tersebut, belum menunjukan tanda-tanda mendekati lokasi danau. Sedangkan matahari terlihat telah menggelincir.
Dengan pertimbangan harus melihat rupa danau-danau yang lain, akhirnya tim memutuskan kembali sebelum sempat merasakan melihat rupa Danau Dipati Empat tersebut.
Sebenarnya agak disayangkan keputusan ini, karena berarti kami melewatkan kesempatan melihat keindahan danau terbesar dari trio danau di Kabupaten Merangin ini. (sulung prasetyo/hendro bakti – Sinar Harapan)

Mengenal Gajah Sumatera

Indotoplist.com : Gajah Sumatera (Elephas maximus sumatranus) merupakan salah satu jenis mamalia besar yang terdapat di Pulau Sumatera. Hampir seluruh Pulau Sumatera mulai dari Lampung sampai Aceh merupakan habitat gajah. Gajah Sumatera dapat ditemukan di berbagai tipe ekosistem. Mulai dari pantai sampai ketinggian di atas 1.750 meter seperti di Gunung Kerinci. Habitat gajah dapat berupa hutan primer, hutan sekunder bahkan di daerah pertanian. Habitat yang paling disenangi adalah hutan dataran rendah.
Mengenal Gajah Sumatera
Tahun 1993 populasi gajah sumatera tinggal 44 kelompok atau diperkirakan antara 2.800 – 4.800 ekor. Terbesar ada di Propinsi Lampung sebanyak 13 kelompok. Sumatera Selatan, 8 kelompok. Jambi, 5 kelompok. Bengkulu, 2 kelompok. Riau, 11 kelompok. Sumatera Barat 1 kelompok dan Aceh 4 kelompok (Departemen Kehutanan, 1993). Dari jumlah tersebut, 14 kelompok berada di dalam kawasan konservasi dengan jumlah perkiraan 1.030 ekor dan sisanya di luar kawasan konservasi.

Sebelum tahun 70an, populasi gajah di alam lebih besar dari sekarang, akan tetapi masalah yang timbul akibat gangguan satwa liar gajah terhadap masyarakat sumatera belum begitu tampak. Kondisi ini menunjukkan habitat gajah di Bumi Swarna Dwipa tersebut masih dalam keadaan seimbang. Dengan kata lain, ekosistem Pulau Sumatera belum terlalu terganggu.

Seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, meluasnya lahan pertanian serta meningkatnya pembangunan di segala sektor, maka sejak tahun 1980-an sering muncul masalah gangguan satwa liar gajah terhadap pemukiman, perkebunan dan perladangan masyarakat sumatera. Gangguan tersebut terjadi akibat dari perencanaan dan penggunaan tata ruang wilayah yang belum atau kurang memperhatikan satwa liar gajah sebagai faktor pertimbangan dalam penetapan tata ruang wilayah.
Mengenal Gajah Sumatera
Habitat

Gajah banyak melakukan pergerakan dalam wilayah jelajah yang luas sehingga menggunakan lebih dari satu tipe habitat.

Hutan rawa;

Tipe hutan ini dapat berupa rawa padang rumput, hutan rawa primer, atau hutan rawa sekunder yang didominasi oleh Gluta renghas, Campenosperma auriculata, C. Macrophylla, Alstonia spp, dan Eugenia spp.

Hutan rawa gambut;
Jenis-jenis vegetasi pada tipe hutan ini antara lain: Gonystilus bancanus, Dyera costulata, Licuala spinosa, Shorea spp., Alstonia spp., dan Eugenia spp.

Hutan dataran rendah;
Yaitu tipe hutan yang berada pada ketinggian 0-750 m di atas permukaan air laut. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah jenis-jenis dari famili Dipterocarpaceae.

Hutan hujan pegunungan rendah;

Yaitu tipe hutan yang berada pada ketinggian 750-1.500 m di atas permukaan air laut. Jenis-jenis vegetasi yang dominan adalah Altingia excelsa, Dipterocarpus spp., Shorea spp., Quercus spp., dan Castanopsis spp.
Mengenal Gajah Sumatera
Persyaratan Hidup di Alam

Naungan
Gajah Sumatera termasuk binatang berdarah panas sehingga jika kondisi cuaca panas mereka akan bergerak mencari naungan (thermal cover) untuk menstabilkan suhu tubuhnya agar sesuai dengan lingkungannya. Tempat yang sering dipakai sebagai naungan dan istirahat pada siang hari adalah vegetasi hutan yang lebat . photo: gajah bernaung

Makanan
Gajah Sumatera termasuk satwa herbivora sehingga membutuhkan ketersediaan makanan hijauan yang cukup di habitatnya. Gajah juga membutuhkan habitat yang bervegetasi pohon untuk makanan pelengkap dalam memenuhi kebutuhan mineral kalsium guna memperkuat tulang, gigi, dan gading. Karena pencernaannya yang kurang sempurna, ia membutuhkan makanan yang sangat banyak, yaitu 200-300 kg biomassa per hari untuk setiap ekor gajah dewasa atau 5-10% dari berat badannya.

Air
Gajah termasuk satwa yang sangat bergantung pada air, sehingga pada sore hari biasanya mencari sumber air untuk minum, mandi dan berkubang. Seekor gajah Sumatera membutuhkan air minum sebanyak 20-50 liter/hari. Ketika sumber-sumber air mengalami kekeringan, gajah dapat melakukan penggalian air sedalam 50-100 cm di dasar-dasar sungai yang kering dengan menggunakan kaki depan dan belalainya. Photo gajah mandi, Photo gajah mandi 2 & Photo gajah mandi 3

Garam mineral

Gajah juga membutuhkan garam-garam mineral, antara lain : calcium, magnesium, dan kalium. Garam-garam ini diperoleh dengan cara memakan gumpalan tanah yang mengandung garam, menggemburkan tanah tebing yang keras dengan kaki depan dan gadingnya, dan makan pada saat hari hujan atau setelah hujan.

Ruang atau wilayah jelajah (home range)
Gajah merupakan mamalia darat paling besar yang hidup pada zaman ini, sehingga membutuhkan wilayah jelajah yang sangat luas.Ukuran wilayah jelajah gajah Asia bervariasi antara 32,4 - 166,9 km2. Wilayah jelajah unit-unit kelompok gajah di hutan-hutan primer mempunyai ukuran dua kali lebih besar dibanding dengan wilayah jelajah di hutan-hutan sekunder.

Keamanan dan kenyamananGajah juga membutuhkan suasana yang aman dan nyaman agar perilaku kawin (breeding) tidak terganggu dan proses reproduksinya dapat berjalan dengan baik. Gajah termasuk satwa yang sangat peka terhadap bunyi-bunyian. Oleh karena itu, penebangan hutan yang dilakukan oleh perusahaan HPHA diperkirakan telah mengganggu keamanan dan kenyamanan gajah karena aktivitas pengusahaan dengan intensitas yang tinggi dan penggunaan alat-alat berat di dalamnya.

Mengenal Gajah Sumatera
Perilaku sosial

Hidup berkelompok
Di habitat alamnya, gajah hidup berkelompok (gregarius). Perilaku berkelompok ini merupakan perilaku sosial yang sangat penting peranannya dalam melindungi anggota kelompoknya. Besarnya anggota setiap kelompok sangat bervariasi tergantung pada musim dan kondisi sumber daya habitatnya terutama makanan dan luas wilayah jelajah yang tersedia. Jumlah anggota satu kelompok gajah Sumatera berkisar 20-35 ekor, atau berkisar 3-23 ekor.

Setiap kelompok gajah Sumatera dipimpin oleh induk betina yang paling besar, sementara yang jantan dewasa hanya tinggal pada periode tertentu untuk kawin dengan beberapa betina pada kelompok tersebut. Gajah yang sudah tua akan hidup menyendiri karena tidak mampu lagi mengikuti kelompoknya. Gajah jantan muda dan sudah beranjak dewasa dipaksa meninggalkan kelompoknya atau pergi dengan suka rela untuk bergabung dengan kelompok jantan lain. Sementara itu, gajah betina muda tetap menjadi anggota kelompok dan bertindak sebagai bibi pengasuh pada kelompok "taman kanak-kanak" atau kindergartens. Photo gajah hidup berkelompok

Menjelajah
Secara alami gajah melakukan penjelajahan dengan berkelompok mengikuti jalur tertentu yang tetap dalam satu tahun penjelajahan. Jarak jelajah gajah bisa mencapai 7 km dalam satu malam, bahkan pada musim kering atau musim buah-buahan di hutan mampu mencapai 15 km per hari. Kecepatan gajah berjalan dan berlari di hutan (untuk jarak pendek) dan di rawa melebihi kecepatan manusia di medan yang sama.

Gajah juga mampu berenang menyeberangi sungai yang dalam dengan menggunakan belalainya sebagai "snorkel" atau pipa pernapasan.
Selama menjelajah, kawanan gajah melakukan komunikasi untuk menjaga keutuhan kelompoknya. Gajah berkomunikasi dengan menggunakan soft sound yang dihasilkan dari getaran pangkal belalainya. Dewasa ini ditemukan bahwa gajah juga berkomunikasi melalui suara subsonik yang bisa mencapai jarak sekitar 5 km. Penemuan ini telah memecahkan misteri koordinasi pada kawanan gajah yang sedang mencari makanan dalam jarak jauh dan saling tidak melihat satu sama lain.

Kawin
Gajah tidak mempunyai musim kawin yang tetap dan bisa melakukan kawin sepanjang tahun, namun biasanya frekwensinya mencapai puncak bersamaan dengan masa puncak musim hujan di daerah tersebut. Gajah jantan sering berperilaku mengamuk atau kegilaan yang sering disebut musht dengan tanda adanya sekresi kelenjar temporal yang meleleh di pipi, antara mata dan telinga, dengan warna hitam dan berbau merangsang. Perilaku ini terjadi 3-5 bulan sekali selama 1-4 minggu. Perilaku ini sering dihubungkan dengan musim birahi, walaupun belum ada bukti penunjang yang kuat.
Mengenal Gajah Sumatera
Perilaku individu

Makan
Gajah merupakan mamalia terrestrial yang aktif baik di siang maupun malam hari. Namun, sebagian besar dari mereka aktif dari 2 jam sebelum petang sampai 2 jam setelah fajar untuk mencari makan. Hal ini sependapat bahwa, gajah sering mencari makan sambil berjalan di malam hari selama 16-18 jam setiap hari. la bukan satwa yang hemat terhadap pakan sehingga cenderung meninggalkan banyak sisa makanan bila masih terdapat makanan yang lebih baik.

Minum
Pada waktu berendam di sungai, gajah minum dengan mulutnya. Sementara, pada waktu di sungai yang dangkal atau di rawa gajah menghisap dengan belalainya. Gajah mampu menghisap mencapai 9 liter air dalam satu kali isap.

Berkubang
Gajah sering berkubang di lumpur pada waktu siang atau sore hari di saat sambil mencari minum. Perilaku berkubang juga penting untuk melindungi kulit gajah dari gigitan serangga ektoparasit, selain untuk mendinginkan tubuhnya. photo gajah berkubang

Menggaram (salt lick)
Gajah mencari garam dengan menjilat-jilat benda dan apapun yang mengandung garam dengan belalainya. Gajah juga sering melukai bagian tubuhnya agar dapat menyikat darahnya yang mengandung garam.

Beristirahat
Gajah tidur dua kali sehari, yaitu pada tengah malam dan siang hari. Pada malam hari, gajah sering tidur dengan merebahkan diri kesamping tubuhnya, memakai "bantal" terbuat dari tumpukan rumput dan kalau sudah sangat lelah terdengar pula bunyi dengkur yang keras. Sementara itu, pada siang hari gajah tidur sambil berdiri di bawah pohon yang rindang. Perbedaan perilaku ini, mungkin berkaitan dengan kondisi keamanan lingkungan. Apabila kondisinya kurang aman maka gajah akan memilih tidur sambil berdiri, untuk menyiapkan diri jika terjadi gangguan.
Reproduksi
Di dalam pemeliharaan, gajah dapat mencapai umur 70 tahun , dan selama hidupnya gajah jantan tidak terikat pada satu ekor betina pasangannya. Gajah betina siap bereproduksi setelah berumur 8-10 tahun, sementara gajah jantan setelah berumur 12-15 tahun.

Gajah betina mempunyai masa reproduksi 4 tahun sekali, lama kehamilan 19-21 bulan dan hanya melahirkan 1 ekor anak dengan berat badan lebih kurang 90 kg. Seekor anak gajah akan menyusu selama 2 tahun dan hidup dalam pengasuhan selama 3 tahun.

Selasa, 02 November 2010

Enam Orangutan Sumatera Dipasangi Alat Pengamat

Enam Orangutan Sumatera Dipasangi Alat Pengamat
Orang Utan (Foto ANTARA/Saptono)
Jambi (ANTARA News) - Tim dokter hewan Kebun Binatang Perth bersama "Frankfurt Zoological Society" memasang alat pengamat pada enam ekor orangutan sumatera (Pongo abelii).
Manajer Stasiun Reintroduksi Orangutan Sumatera Frankfurt Zoological Society (FZS) Julius Paolo Siregar di Jambi, Selasa mengatakan, pemasangan alat tersebut dilakukan melalui operasi implan di Stasiun Reintroduksi Sungai Pengian, Sumay, Kabupaten Tebo, Provinsi Jambi.

Menurut Julius, kegiatan ini merupakan langkah maju yang sangat penting bagi kegiatan reintroduksi orangutan sumatera. Orangutan yang dipasangi pemancar itu akan memberikan data distribusi di ekosistem kawasan Bukit Tigapuluh yang menjadi areal penglepasannya.

"Dengan dipasangi transmiter akan mempermudah pengamatan dan pengawasan terhadap hewan dilindungi itu. Apakah orangutan yang dilepasliarkan mampu bertahan hidup di alam atau tidak. Juga akan diketahui daerah jelajah setiap orangutan yang dilepasliarkan," ujar Julius.

Orangutan itu merupakan hasil sitaan Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Sumatera Utara yang berusia 6-14 tahun. Orangutan itu kemudian menjalani program rehabilitasi di Jambi untuk mengembalikan kemampuan hidup di alam liar.

Kepingan transmiter dengan diameter sekitar tiga centimeter dan tebal satu centimeter itu ditanam di tengkuk orangutan. Transmiter ini secara otomatis aktif pada pukul 07.00 WIB hingga 15.00 WIB setiap hari dan baterainya mampu bertahan hingga dua tahun, katanya.

Sementara itu, drh Simone Diane Vitali dari Perth menyatakan sinyal yang dikeluarkan oleh transmiter tidak akan mengganggu perilaku orangutan. Semakin besar ukuran Orangutan maka operasi implan akan semakin mudah.

"Menjadi pengalaman besar bagi saya karena berkesempatan melakukan operasi pada satwa dilindungi yang sudah sangat langka di dunia," ujarnya.

Operasi implantasi keenam orangutan seluruhnya berjalan sesuai rencana dan saat ini masih dalam tahap pengamatan atas luka bekas jahitan.

Saat ini keenam orangutan tersebut masuk dalam tahap penyembuhan luka bekas jahitan. Setelah dinyatakan tidak ada permasalahan akan dilepasliarkan di sejumlah titik di kawasan ekosistem Bukit Tigapuluh menunggu musim buah tiba.

FZS bekerja sama dengan Kementrian Kehutanan, Yayasan Ekosistem Lestari (YEL) dan Pan Eco menjalankan program reintroduksi orangutan sumatera di kawasan penyangga Taman Nasional Bukit Tigapuluh. Sejak 2002, FZS telah merehabilitasi 136 ekor Prangutan dan 119 ekor di antaranya telah kembali ke alam bebas.
(ANT263/C/s018)

Diprediksi, sejak 2008 badak sumatera sudah punah.

Keberadaan Badak Sumatera di kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat saat ini diperkirakan sudah punah, karena jejaknya sudah tidak ditemukan lagi.
Staf Balai Taman Nasional Kerinci Seblat (TNKS) Dedi di Kerinci, Jumat (29/10/2010), mengatakan, dari patroli-patroli, pemantauan dan pencatatan yang dilakukan sejak 2008, pihaknya tidak lagi menemukan jejak, bekas kubangan, goresan cula di batang pohon dan aroma urinenya. Tanda-tanda tersebut adalah kebiasaan naluriah hewan dalam menandai daerah teritorialnya.
Artinya, sejak 2008 diyakini sudah punah dari rimba TNKS, meskipun pihak TNKS hingga saat ini belum mengeluarkan pernyataan resmi kepada Kementrian Kehutanan.
Namun, meskipun di rimba TNKS keberadaan badak Sumatera tersebut sudah tidak ditemukan lagi, hal tersebut tidak berarti keberadaan badak Sumatera sudah punah di Sumatrea sebagai habitat aslinya.
“Mungkin di daerah atau kawasan lain populasi hewan dilindungi itu masih cukup besar, seperti di Lampung dan Bengkulu,” kata Dedi.
Di Kerinci habitat badak Sumatera sebelumnya dapat ditemukan di Lempur, Birun, Ulu Sipirok dan Bukit Tapan. Saat ini di kawasan tersebut sama sekali sudah tidak ditemukan lagi adanya tanda-tanda keberadaannya.
Di sisi lain, meskipun satwa langka badak Sumatera sudah hilang dari rimba TNKS, namun adapula jenis satwa lainnya yang sebelumnya telah dinyatakan punah ternyata masih ada, seperti Kelinci Kerinci dan burung Abang Pipi (Lophura Inornata). “Ternyata belum punah dari rimba TNKS, hanya saja untuk dapat menjumpai satwa ini tergolong sangat sulit,” ungkap Dedi.

Badak Sumatera Berkurang 50 Persen

Badak Sumatera Berkurang 50 Persen
(wwf.or.id/ANTARA)
Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Kehutanan memperkirakan bahwa populasi Badak Sumatera menurun hingga sekitar 50 persen pada satu dekade terakhir, yang menunjukkan bahwa kondisi populasi badak tersebut semakin lama semakin kritis.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kemenhut, Harry Santoso di Jakarta, Jumat, memaparkan, populasi Badak Sumatera diketahui keberadaannya hanya di Taman Nasional Gunung Leuser, Taman Nasional Way Kambas, dan Taman Nasional Bukit Barisan.

Dalam sepuluh tahun terakhir, ujar dia, populasi Badak Sumatera tersebut turun hingga sekitar 50 persen.

Pada tahun 2006, diperkirakan populasi Badak Sumatera berkisar 250 ekor, sedangkan sebelum tahun 2006 diperkirakan jumlahnya 420 - 875 ekor.

"Di Indonesia ada dua jenis badak, yaitu Badak Sumatera dan Badak Jawa," kata Harry.

Untuk Badak Jawa, keberadaannya yang terdeteksi hanya di kawasan Semenanjung Ujung Kulon diperkirakan hanya berjumlah 38 - 65 ekor, yang berarti masih belum meningkat sejak sekitar 25 tahun yang lalu.

Harry menjelaskan, Kementerian Kehutanan telah memiliki Strategi Konservasi Badak Indonesia yang telah diterbitkan sejak tahun 2007.

Di dalam rancangan strategi tersebut, bila perlindungan dilakukan secara benar dan gangguan habitat dapat diminimalisir, maka seharusnya populasi badak Indonesia diharapkan dapat meningkat rata-rata tiga persen per tahun."Namun, kondisi ini belum dapat dicapai," katanya.

Menurut analisis Kemenhut, hal tersebut disebabkan beberapa kendala yaitu kesadaran masyarakat yang masih kurang akan pentingnya hutan dan ekosistem, perambahan hutan, konflik kawasan, serta perburuan yang terindikasi terus terjadi hingga saat ini.

Duta badak
Harry juga memaparkan, untuk lebih memberikan pemahaman dan pengertian kepada masyarakat, Kementerian Kehutanan kembali akan mengadakan ajang kontes Miss Big Indonesia 2010 yang finalnya akan dilaksanakan di Pasar Seni Ancol, Jakarta Utara, pada 25 September 2010.

"Miss Big mengemban misi yaitu memberikan kesadaran kepada masyarakat tentang pentingnya melestarikan badak Indonesia," katanya.

Ia juga menegaskan, melestarikan badak di habitatnya pada akhirnya akan memberikan kontribusi positif terhadap hutan hujan tropis.

Hal tersebut, lanjutnya, juga dapat mencegah perubahan iklim yang ekstrem yang sedang melanda dunia termasuk Indonesia pada saat ini. (M040/B012)

Kehamilan Badak Sumatera Pecahkan Rekor 112 Tahun


 
DOK TAMAN NASIONAL WAY KAMBAS Ratu dan Andalas, sepasang badak Sumatera yang masing-masing berusia 9 tahun, dalam proses kawin. Kehamilan Ratu adalah yang pertama terjadi di Indonesia, di pusat penangkaran.

JAKARTA, KOMPAS.com — Walaupun kelahiran anak Ratu, badak berusia 9 tahun berbobot sekitar 525 kg, diperkirakan bulan Mei 2011,  berita kehamilan badak sumatera atau Dicerorhinus sumatrensis dari sebuah desa di pinggiran Taman Nasional Way Kambas, Provinsi Lampung, itu sudah mendunia dan disambut sukacita para penggiat konservasi di Indonesia dan dunia.

"Keberhasilan Ratu mengandung bayinya merupakan hasil kombinasi dari ilmu pengetahuan yang baik, kerja sama internasional antara pemerintah, LSM, dan kebun-kebun binatang, kerja sama yang erat dan waktu yang tepat, serta ketelatenan dari para personal di tempat penangkaran," kata Darori, Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam Kementerian Kehutanan, Jumat (19/2/2010) di Jakarta.

Pejantan badak sumatera yang menghamili Ratu adalah Andalas, yang juga berusia 9 tahun, dengan bobot sekitar 765 kg. Andalas lahir 13 September 2001 di Cincinnati Zoo, USA, dari perkawinan induk badak sumatera jantan bernama Ipuh dan badak betina bernama Emi. Pada Februari 2007, Andalas dikirim ke Indonesia dari Los Angeles Zoo, USA, dan ditempatkan di Suaka Rhino Sumatera, Taman Nasional Way Kambas, Lampung.

Andalas diperlakukan istimewa karena ia lahir dan besar di lingkungan yang bebas penyakit. Andalas diberikan berbagai vaksin khusus untuk melindunginya dari kemungkinan penyakit baru yang akan dia hadapi di hutan tropis rumah aslinya. Bahkan, agar terlindung dari gigitan lalat tabanid dan nyamuk hutan, ia dibuatkan kelambu raksasa.

Darori menjelaskan, sang calon bapak, Andalas, merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dan merupakan anak badak pertama yang dihasilkan dari penangkaran badak dalam waktu lebih dari 112 tahun. Adapun kehamilan Ratu merupakan yang pertama di Indonesia setelah lebih dari 112 tahun.

Menurut dia, terjadinya kandungan badak sumatera yang pertama ini, selain telah melalui proses yang panjang, bukanlah suatu kejadian yang biasa. Andalas dan Ratu dapat digabungkan atas kerja sama dan keinginan yang baik dalam rangka kerja sama internasional sebagai upaya menyelamatkan spesies yang terancam kepunahan.

Darori melukiskan, dari 38 kali perkawinan, belum terjadi fetus. Ketika terjadi fetus, ada empat kali keguguran. Tanggal 4 dan 5 Desember 2009, Andalas berhasil menaiki Ratu sebanyak 17 kali dan satu kali berhasil melakukan perkawinan yang sempurna setelah ereksi yang penuh pada Andalas, penetrasi yang sempurna, kemudian terjadi ejakulasi. Tanggal 22 Desember 2009, pemeriksaan USG dilakukan terhadap Ratu, tetapi tidak menunjukkan tanda-tanda kehamilan.

"Pada tanggal 24 dan 25 Desember, Andalas kembali digabungkan dengan Ratu dan terjadilah perkawinan sempurna di mana terjadi ereksi dan intromisi penuh selama 28 menit dan akhirnya terjadi ejakulasi,"ungkapnya.

Dokter Hewan Andriansyah yang menangani Ratu mengatakan, tanggal 29 Januari 2010 atau 16 hari setelah perkawinan Ratu dan Andalas, pemeriksaan USG pun dilakukan dan hasilnya menunjukkan adanya kantung embrio pada uterus kanan Ratu. Ratu kemudian diduga hamil.

"Ketika diperiksa USG lagi tanggal 16 Februari 2010, ditemukan gambar kantung embrio berukuran sekitar 20 x 24 mm disertai fetus dan tali pusar yang berkembang, dan Ratu dinyatakan bunting," paparnya.

Ketua Yayasan Badak Indonesia Widodo Ramono mengatakan, keberhasilan penangkaran spesies ini juga akan memberikan kemungkinan pembuatan suatu model program yang sama terhadap badak jawa. Populasi badak jawa saat ini diperkirakan sekitar 50 ekor di Taman Nasional Ujung Kulon.

Harimau Sumatera Terperangkap Jaring Babi

Harimau Sumatera Terperangkap Jaring BabiTapaktuan (ANTARA News) - Seekor harimau Sumatera (Pathera Tigris Sumatrae) yang masih menyusui ditemukan terperangkap jaring babi di Gampong (desa) Titi Poben, Kecamatan Trumon Timur, Kabupaten Aceh Selatan.

"Harimau yang terjerat perangkap babi hutan selama tiga jam itu ditunggui induknya dan berhasil dilepaskan kembali oleh seorang warga, Tengku Abrar Muda," kata Camat Trumon Timur Lahmuddin di Tapaktuan, Kamis.

Anak harimau yang memiliki tinggi sekitar 50 sentimeter dan panjang satu meter itu terperangkap sekitar pukul 06.00 WIB di sebuah kebun yang berada 500 meter dari pemukiman penduduk.

Lahmuddin mengatakan terjeratnya satwa langka dan dilindungi tersebut menjadi tontonan ratusan warga di daerah perbatasan Aceh Selatan dengan Kota Subulussalam itu.

"Peristiwa terjeratnya satwa dilindungi itu juga telah kami laporkan kepada petugas Konservasi Sumber Daya Alam (KSDA) Aceh Selatan. Kami juga berharap ada penanganan untuk mencegah kemungkinan yang tidak diinginkan," kata Lahmuddin.

Ia mengatakan sejak dua pekan terakhir hewan yang kerap dipanggil "nenek" oleh masyarakat di daerah itu sering terlihat di sekitar pemukiman penduduk, namun hingga saat ini belum ada keluhan dari warga.

"Warga di daerah ini meyakini apabila harimau itu tidak diganggu maka satwa liar dan buas itu juga tidak akan mengganggu, namun saya juga mengimbau warga untuk lebih berhati-hati," katanya.

Awal 2009, Yusrin Zebua (35) seorang pemburu babi hutan dari Penanggalan, Kota Subulussalam diterkam harimau saat berupaya melepasnya dari jeratan jaring yang terbuat dari kawat dan besi di Desa Padang Harapan sekitar 20 kilometer dari Desa Titi Poben.

Peristiwa terakhir terjadi pada 12 Oktober 2010, seorang petani yang juga pencari rotan Martunis (25) warga Gampong (Desa) Panton Luas Kecamatan Tapaktuan ditemukan dalam kondisi mengenaskan akibat dimangsa harimau.(*)

Harimau Sumatera Ditarget Berlipat Dua

Pemerintah Indonesia telah menyelesaikan naskah Rencana Pemulihan Harimau Indonesia 2011-2022, yang menargetkan populasi harimau sumatera bertambah 100 persen dalam 11 tahun. Program itu diperkirakan butuh dana 175 juta dollar AS dan akan menjadi bagian dari Global Tiger Recovery Plan.

Hal itu disampaikan Direktur Jenderal Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam (PHKA) Kementerian Kehutanan Darori, Selasa (6/7/2010) di Jakarta. "Pada 12-14 Juli, Indonesia akan menjadi tuan rumah Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting yang diikuti 13 negara pemilik harimau alami. Dalam pertemuan itu, Rencana Pemulihan Harimau Indonesia akan dibahas untuk diintegrasikan dengan Global Tiger Recovery Plan," kata Darori.

Darori menjelaskan, populasi harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae) di alam liar tinggal sekitar 400 ekor. Sementara itu, jumlah harimau sumatera di berbagai kebun binatang di dalam dan luar negeri berkisar 250 ekor.

"Itu merupakan subspesies harimau asli Indonesia yang terakhir. Pada tahun 1940-an, subspesies harimau bali (Panthera tigris balica) punah. Pada tahun 1980-an, harimau jawa (Panthera tigris sondaica) punah. Harimau sumatera tidak boleh punah. Kami optimistis, dengan Rencana Pemulihan Harimau Indonesia 2011-2022, jumlah harimau di alam liar pada 2022 akan mencapai 800 ekor," kata Darori.

Direktur Konservasi Keanekaragaman Hayati Kementerian Kehutanan Harry Santoso menjelaskan, titik berat rencana pemulihan itu adalah konservasi in situ atau konservasi di habitat asli harimau sumatera. Dalam Rencana Pemulihan Harimau Indonesia dipilih enam bentang alam terpenting bagi konservasi harimau. Keenamnya adalah bagian dari kawasan Taman Nasional (TN) Bukit Barisan Selatan, TN Kerinci Seblat, TN Kerumutan, TN Bukit Tigapuluh, Balai Rejang Selatan, dan Ulu Masen.

"Total bentang alam habibat asli harimau sumatera tersebar di 18 lokasi. Akan tetapi, enam bentang alam itu yang terpenting, mencakup sekitar 70 persen luas habitat asli harimau sumatera. Rencana Pemulihan Harimau Indonesia akan dibahas dalam Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting. Dari pertemuan di Bali itu diharapkan ada komitmen pendanaan global. Saat ini total anggaran Direktorat Jenderal PHKA berkisar Rp 15 miliar per tahun untuk mengonservasi semua satwa. Tidak ada dana khusus harimau," kata Harry.

Forest and Biocarbon Coordinator Fauna and Flora International, Andjar Rafiastanto, mengharapkan, pertemuan Pre-Tiger Summit Partners Dialogue Meeting mampu menyentuh masalah perdagangan gelap harimau. "Kita harus membangun komitmen negara peserta untuk mencegah penyelundupan harimau. Sampai sekarang China masih menjadi konsumen harimau selundupan dari Singapura dan Hongkong," kata Andjar.

T Haryo Wibisono dari Forum Harimau Kita menyatakan, tutupan habitat asli harimau sumatera telah banyak berkurang dan 70 persen habitat asli belum ditetapkan sebagai kawasan konservasi. "Namun, kita harus belajar dari kepunahan harimau bali dan harimau jawa. Hutan di Bali dan Jawa yang masih ada tidak mampu cegah kepunahan. Dalam jangka pendek, kita harus memprioritaskan proteksi bagi harimau sumatera," katanya.